Selamat datang di Mp3 Gayo ::

Panduan download cepat lagu Mp3 Gayo


Untuk mendownload Lagu Mp3 Gayo gunakan program Internet Download Manager, dapat di resume jika suatu saat downlaod tersebut dengan kecepatan lebih dari 100kb/detik atau bisa juga mencapai 150 kb/detik.

Petunjuk instal silahkan baca di "Read Me" setelah menginstal sebaiknya restart Mozilla anda.

Download IDM
Read more »

Download Mp3 Gayo - Besinen Beluh

Download Lagu Gayo Burnibiyah | Besinen Beluh


Download Mp3
Read more »

Mp3 Gayo - Burnibiyah

Download Mp3 Gayo Burnibiyah

Read more »

Mp3 Gayo - Sebuku

Download Mp3 Gayo Azman | Sebuku


Download Mp3
Read more »

Download Mp3 Gayo - Mayakku

Downlaod Mp3 Gayo Azman | Mayakku


Download Mp3
Read more »

Gayo Mp3 - Azman

Read more »

Mp3 Gayo

Download Mp3 Gayo Sakdiah | Bener Meriah



Download Mp3
Read more »

Download Mp3 Gayo | Sakdiah

Downlaod Mp3 Gayo Album Sakdiah


Read more »

Didong Jalu | Aceh Tengah vs Bener Meriah

Download Didong Gayo | Aceh Tengah vs Bener Meriah


Download Mp3
Read more »

Didong Gayo - Sidang Temas & Taruna

Download Didong Gayo | Sidang Temas & Taruna 1



Download Mp3
Read more »

Mp3 Gayo - Laut Tawar

Download Mp3 Gayo Joel Lenon | Laut Tawar



Download Mp3
Read more »

Laskar Gayo Ethnick

Download Mp3 Gayo Laskar Gayo Ethnick | Untitle


Download Mp3 | Untitle

Tanoh Gayo
Read more »

Mp3 Gayo - Ceh Nasib

Download Mp3 Gayo Album Joel Lenon | Ceh Nasib



Download Mp3
Read more »

Download Gayo Mp3 - Sebuku

Download Mp3 Gayo Album Joel Lenon - Sebuku


Download Mp3
Read more »

Mp3 Gayo - Joel Lenon Tampeng

Read more »

Download Mp3 Gayo - Pegasing

Download Gayo Mp3 Album Abadi Ayus | Pegasing


Download Mp3
Read more »

Mp3 Gayo - Badi Ayus

Read more »

Download Gayo Mp3 - Bango Iyo

Download Gayo Mp3 Album Saba | Bango Iyo


Download Mp3
Read more »

Mp3 Gayo - Saba

Read more »

Download Mp3 Gayo - Kayu Pirak

Downlaod Gayo Mp3 Ujang | Kayu Pirak



Download Mp3
Read more »

Download Mp3 Gayo - Ujang

Read more »

Download Didong Jalu - Arita Vs Biak Cacak

Download Gayo Mp3 | Arita Vs Biak Cacak


Download Mp3
Read more »

Didong Gayo

Didong

Sebuah kesenian rakyat Gayo yang dikenal dengan nama Didong, yaitu suatu kesenian yang memadukan unsur tari, vokal, dan sastra. Didong dimulai sejak zaman Reje Linge XIII. Kesenian ini diperkenalkan pertama kali oleh Abdul Kadir To`et. Kesenian didong lebih digemari oleh masyarakat Takengon dan Bener Meriah.

Ada yang berpendapat bahwa kata “didong” mendekati pengertian kata “denang” atau “donang” yang artinya “nyanyian sambil bekerja atau untuk menghibur hati atau bersama-sama dengan bunyi-bunyian”. Dan, ada pula yang berpendapat bahwa Didong berasal dari kata “din” dan “dong”. “Din” berarti Agama dan “dong” berarti Dakwah.

Pada awalnya didong digunakan sebagai sarana bagi penyebaran agama Islam melalui media syair. Para ceh didong (seniman didong) tidak semata-mata menyampaikan tutur kepada penonton yang dibalut dengan nilai-nilai estetika, melainkan di dalamnya bertujuan agar masyarakat pendengarnya dapat memaknai hidup sesuai dengan realitas akan kehidupan para Nabi dan tokoh yang sesuai dengan Islam. Dalam didong ada nilai-nilai religius, nilai-nilai keindahan, nilai-nilai kebersamaan dan lain sebagainya. Jadi, dalam ber-didong para ceh tidak hanya dituntut untuk mampu mengenal cerita-cerita religius tetapi juga bersyair, memiliki suara yang merdu serta berperilaku baik. Pendek kata, seorang ceh adalah seorang seniman sejati yang memiliki kelebihan di segala aspek yang berkaitan dengan fungsinya untuk menyebarkan ajaran Islam. Didong waktu itu selalu dipentaskan pada hari-hari besar Agama Islam.

Dalam perkembangannya, didong tidak hanya ditampilkan pada hari-hari besar agama Islam, melainkan juga dalam upacara-upacara adat seperti perkawinan, khitanan, mendirikan rumah, panen raya, penyambutan tamu dan sebagainya. Para pe-didong dalam mementaskannya biasanya memilih tema yang sesuai dengan upacara yang diselenggarakan. Pada upacara perkawinan misalnya, akan disampaikan teka-teki yang berkisar pada aturan adat perkawinan. Dengan demikian, seorang pe-didong harus menguasai secara mendalam tentang seluk beluk adat perkawinan. Dengan cara demikian pengetahuan masyarakat tentang adat dapat terus terpelihara. Nilai-nilai yang hampir punah akan dicari kembali oleh para ceh untuk keperluan kesenian didong.

Penampilan didong mengalami perubahan setelah Jepang masuk ke Indonesia. Sikap pemerintah Jepang yang keras telah “memporak-porandakan” bentuk kesenian ini. Pada masa itu, didong digunakan sebagai sarana hiburan bagi tentara Jepang yang menduduki tanah Gayo. Hal ini memberikan inspirasi bagi masyarakat Gayo untuk mengembangkan didong yang syairnya tidak hanya terpaku kepada hal-hal religius dan adat-istiadat, tetapi juga permasalahan sosial yang bernada protes terhadap kekuasaan penjajah Jepang. Pada masa setelah proklamasi, seni pertunjukan didong dijadikan sebagai sarana bagi pemerintah dalam menjembatani informasi hingga ke desa-desa khususnya dalam menjelaskan tentang Pancasila, UUD 1945 dan semangat bela negara. Selain itu, didong juga digunakan untuk mengembangkan semangat kegotong-royongan, khususnya untuk mencari dana guna membangun gedung sekolah, madrasah, mesjid, bahkan juga pembangunan jembatan. Namun, pada periode 1950-an ketika terjadi pergolakan DI/TII kesenian didong terhenti karena dilarang oleh DI/TII. Akibat dilarangnya didong, maka muncul suatu kesenian baru yang disebut saer, yang bentuknya hampir mirip dengan didong. Perbedaan didong denga saer hanya dalam bentuk unsur gerak dan tari. Tepukan tangan yang merupakan unsur penting dalam didong tidak dibenarkan dalam saer.

Dewasa ini didong muncul kembali dengan lirik-lirik yang hampir sama ketika zaman Jepang, yaitu berupa protes (anti kekerasan). Bedanya, dewasa ini protesnya ditujukan kepada pemerintah yang selama sekian tahun menerapkan Aceh sebagai Daerah Operasi Militer, sehingga menyengsarakan rakyat. Protes anti kekerasan sebenarnya bukan hanya terjadi pada kesenian didong, melainkan juga pada bentuk-bentuk kesenian lain yang ada di Aceh.

Inilah salah satu Contoh syair didong oleh Ceh kucak Gayo Kabri Wali.

Ama (Ayah)

Ama Inë
Ini Pongotni gayo inë
Kute takengen besilo nge musarik
Ulahni politik jema si jago - jago
Bier pe i dusun bier pe isi lëngkik
Laingni kékék numé makin gurë inë…

Geré Né aman Rakyat ngé usik
Mukim orom Gecik ke meh mukelö
Reje orom imem si musasat sidik
Bewene panik lagu cekakni benno inë…

Beluhni Nyawa gere neh tékëk
Ara bercengkék ara si berdere inë…
Dup Meta mara gere ara si macik
Sempat ilen kedek pemimpin ni jewe iné…

Dop ara pe jeda mantong ilen mangik
umpama ni senik nge mujadi bute
Ara pe reta gere neh terdedek
Nge roloh mutik kupi pantan sile inë…

Ama….. Bayak bajungku inë…
Enge emeh merke jema si lisik
dele nge mu teldek kuren tembege inë…
Taring murense umah jamur unik
Kering nge repek ko supu serule inë…

Yatim pe delë simen anak merek
Mongot orom kedek enge meh musede
Iwan atewe nge lagu si sewek
Gere ke macik ko musara Gayo inë…

Ama..aaaa Ini pongotni gayo iné…
Ike kite engon sentan kite telek
Si tukang angik kara pihak ketige inë…
Akal iyayon kati rusak rasik
Sampe bersenik jema sara inë inë…

Kalang iatas terbang puke kelik
Kurek orom itik i tuyuh nge cico inë…
Gere meteh lewen sahen si dedek
Bier pe ama ecek renye i pekaro inë…

Munyenoh ken ulu ulahni si cerdik
Parok i pantik nyenohi ken Rejë ama …ooo
Rakyat si ogoh sabe kona pecek
Gere meteh ujung ralik si munangung risiko inë…

Sentan kite timang orom kite balik
Pongot orom kedik nge meh musede
ikeruhni berawang le jema munekik
Enge osop sampik emut si munire inë…

Ama…aaaaaaa Bayakku inë…eee
Wooo inë ee..ee..eeee

Itetahmi cara boh ulaken ku ralik
Enti neh mupésék ko kerawang Gayo
Kati teduh mara kati rede sonek
Tekaren si kotek tengkamen si mulie inë…

Ike masih ara ilén sifét si sérék
Lebah orom unik tetap we berdéwë inë…
Amaten agama edet pe iolek
Oya baru mersik kao urang gayo inë…

Agih ni agih mongot bersebuku
Sampon ko lauh mujaril ari mata


Céh

Para ceh yang turut berjasa mengembangkan dan melestarikan didong di tanah Gayo 'diantaranya adalah: Ceh Tjuh Ucak, Basir Lakkiki Abd. Rauf, Ecek Bahim, Sali Gobal, Daman, Idris Sidang Temas, Sebi, Utih Srasah, Beik, Tabrani, Genincis, S. Kilang, Ibrahim Kadir, Mahlil, Bantacut, Dasa, Ceh Ucak, Suwt, Talep, Aman Cut, Abu Kasim, Syeh Midin, M. Din, Abu Bakar Gayo, Ishak Ali Dan Ceh kucak Kabri Wali,Yang Begitu Dikenal Dikalangan Masyarakat Gayo.

Satu kelompok kesenian didong biasanya terdiri dari para “ceh” dan anggota lainnya yang disebut dengan “penunung”. Jumlahnya dapat mencapai 30 orang, yang terdiri atas 4--5 orang ceh dan sisanya adalah penunung. Ceh adalah orang yang dituntut memiliki bakat yang komplit dan mempunyai kreativitas yang tinggi. Ia harus mampu menciptakan puisi-puisi dan mampu menyanyi. Penguasaan terhadap lagu-lagu juga diperlukan karena satu lagu belum tentu cocok dengan karya sastra yang berbeda. Anggota kelompok didong ini umumnya adalah laki-laki dewasa. Namun, dewasa ini ada juga yang anggotanya perempuan-perempuan dewasa. Selain itu, ada juga kelompok remaja. Malahan, ada juga kelompok didong remaja yang campur (laki-laki dan perempuan). Dalam kelompok campuran ini biasanya perempuan hanya terbatas sebagai seorang Céh. Peralatan yang dipergunakan pada mulanya bantal (tepukan bantal) dan tangan (tepukan tangan dari para pemainnya). Namun, dalam perkembangan selanjutnya ada juga yang menggunakan seruling, harmonika, dan alat musik lainnya yang disisipi dengan gerak pengiring yang relatif sederhana, yaitu menggerakkan badan ke depan atau ke samping.

Pementasan didong ditandai dengan penampilan dua kelompok (Didong Jalu) pada suatu arena pertandingan. Biasanya dipentaskan di tempat terbuka yang kadang-kadang dilengkapi dengan tenda. Semalam suntuk kelompok yang bertanding akan saling mendendangkan teka-teki dan menjawabnya secara bergiliran. Dalam hal ini para senimannya akan saling membalas “serangan” berupa lirik yang dilontarkan olah lawannya. Lirik-lirik yang disampaikan biasanya bertema tentang pendidikan, keluarga berencana, pesan pemerintah (pada zaman Orba), keindahan alam maupun kritik-kritik mengenai kelemahan, kepincangan yang terjadi dalam masyarakat. Benar atau tidaknya jawaban akan dinilai oleh tim juri yang ada, yang biasanya terdiri dari anggota masyarakat yang memahami ddidong ini secara mendalam









Read more »

Gayo Mp3 - Wo Gayo

Download Gayo Mp3 Album Saba - Wo Gayo


Download Mp3
Read more »

Download Gayo Mp3 - Ceriten Te

Download Mp3 Gayo | Ceriten Te


Download Mp3
Read more »

Mp3 Gayo - Anakku

Download Mp3 Gayo Album Kandar SA | Anakku



Download Mp3
Read more »

Download Gayo Mp3 - Ama Inengku

Download Mp3 Album Kandar SA | Ama Inengku


Download Mp3
Read more »

Kandar SA

Read more »

Download Mp3 Gayo - Muniru

Download Mp3 Gayo Album Zombeetnica | Muniru


Download Mp3
Read more »

Mp3 Gayo - Zombeetnica

Read more »

Mp3 Gayo - Munuling

Download Mp3 Album Pong | Munuling


Download Mp3
Read more »

Lagu Gayo - Dediang

Download Mp3 Album Pong | Dediang


Download Mp3
Read more »

Bage

Download Mp3 album Pong | Bage


Download Mp3
Read more »

Berita Terkini

Read more »

Knpi Clas Musik Festival at Takengon 2010

Dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, KNpi bekerja sama dengan volles bola cafe dan OPC studio mengadakan Knpi Clas Musik Festival at Takengon 2010

Minggu, 14 Nopember 2010 di GOS Takengon, dalam rangka memperingati hari sumpah Pemuda 28 Oktober 2010

Pendaftaran dimulai tanggal 26 Oktober s/d 12 Nopember 2010.


Tempat Pendaftaran Volles Bola Cafe, Level 72, OPC Studio Pegasing


Persyaratan

  • Setiap Band wajib membawakan 2 buah lagu
  • Lagu bertema kebangsaan (Aransement termasuk dalam penilaian juri)


Read more »

Gayo Mp3 - Munutu Temping

Download Mp3 Gayo Album Pong | Munutu Temping


Download Mp3 Now
Read more »

Download Mp3 Lagu Gayo - Ranto

Download Mp3 Lagu Gayo Album Pong | Ranto


Download Mp3 Now
Read more »

Lagu Gayo - Tene Mulie

Download Mp3 Pong | Tene Mulie


Download Mp3
Read more »

Gayo Mp3 - Kalang Manuk

Download Mp3 Pong | Kalang Manuk


Download Mp3
Read more »

Lagu Gayo - Munalo

Lagu Gayo Mp3 album Pong | Munalo


Download Mp3
Read more »

Download Lagu Gayo - Tajuk Bunge Pilo

Download Mp3 Gayo Pong | Tajuk Bunge Pilo


Download Mp3 Now
Read more »

Download Mp3 Gayo - Kertan

Download Lagu Mp3 Gayo | Kertan


Download Now
Read more »

Lagu Mp3 Gayo - Pong

Read more »

Download Mp3 Gayo - Takengon

Download Mp3 Gayo Album Moese | Takengen



Download Now
Read more »

Mp3 Gayo - Emun Beriring

Download Mp3 Lagu Gayo Album Moese | Emun Beriring



Download Mp3 Now
Read more »

Garipo

Download Mp3 Lagu Gayo Album Moese | Garipo



Download Mp3 Now
Read more »

Tangke Nate

Download Mp3 Lagu Gayo Album Moese | Tangke Nate


Download Mp3 Now
Read more »

Mp3 Gayo - Tingkis

Download Mp3 Lagu Gayo album Moese | Tingkis


Download mp3 Now
Read more »

Mp3 Gayo - Merbuk

Download Mp3 Lagu Gayo Album Moese | Merbuk


Download Mp3 Now
Read more »

Mp3 Gayo - Lane

Download Mp3 Gayo Album Moese | Lane


Download Mp3 Now
Read more »

Mp3 Gayo - Geremukunah

Download Mp3 Lagu Gayo album Moese | Geremukunah


Download Mp3 Now
Read more »

Mp3 Gayo - Batil

Download Lagu mp3 Gayo album Moese | Batil


Download mp3 Now
Read more »

Mp3 gayo - Tawar Sedenge

Download Lagu mp3 Gayo Album Moese | Tawar Sedenge





Tawar Sedenge

Vocal : AR Moese

Cipta : AR Moese

Album : Terus Mata 1

Engon ko so tanoh Gayo
Si megah mu reta dele
Rum batang uyem si ijo kupi bako e

Pengen ko tuk ni korek so
Uwet mi ko tanoh Gayo
Seselen pumu ni baju netah dirimu

Nti daten bur kelieten
Mongot pude deru
Oya le rahmat ni Tuhen ken ko bewenmu

Uwetmi ko tanoh Gayo
Semayak bajangku
Ken tawar roh munyang datu uwetmi masku

Ko matangku si mumimpim
Emah ko uyem ken soloh
Katiti kiding nti museltu
ilahni dene

Wo kiding kao ken cermin
Remalan enti berteduh
Nti mera kao tang duru
Bon jema dele

Nti osan ku pumun jema
Pesaka si ara
Tenaring ni munyang datu ken ko bewen mu

Uwet mi ko tanoh Gayo
Ko opoh bajungku
Ken tawar’n roh munyang datu
uwetmi masku


Download Mp3 Now
Read more »

Read more »

Mp3 Gayo - Moese

A.R. Moese: Musisi Gayo, Aceh

oleh Yusradi Usman Al-Gayoni pada 17 Januari 2011 jam 12:28

Nama Abdur Rahman Moese tentu tidak asing lagi dalam dunia musik di Aceh. A. R. Moese memiliki nama asli Abu Musa Azhari dan kerap disapa dengan Moese atau Acong. Namun, nama A. R. Moese kemudian lebih sering dipakai dibandingkan Abu Moese Azhari. Moese dilahirkan di Kampung Baru, Takengon Timur, Aceh Tengah, Daerah Istimewa Aceh (DIY) – sekarang Provinsi Aceh – tanggal 29 April 1939 dari pasangan Tengku. H. Sabdin dan Hj Sri Banun. Moese sendiri merupakan anak tertua laki laki dari sebelas bersaudara; Seri Jemat, Kelementina, Asmah, Sadimah, Jemilah, M.

Syarif, Rukayah, Rosdah, Lindawati dan Mursyid.

Sejak kecil, Moese sudah menyukai musik. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh bapaknya tengku Sabdin, tokoh dan pelaku saman di kabupaten Gayo Lues. Selain itu, Tengku Sabdi mendalami syair saat kembali ke tanah leluhurnya, Takengon. Bersama saudara peremuannya; Sadimah dan Jalimah, Moese belajar olah vokal dari awan alik ke – bapak ibunya – Huria Panggabean. Saat sekolah di SMP Negeri 1 Takengon, Moese mulai belajar musik persisnya belajar instrumen. Pada 1953, Moese bergabung dengan kelompok musik Sadar yang diasuh oleh Ismail Mai. Moese mulai mempelajari not balok dalam kelompok ini, selain kakak kandungnya yang mengajar pada Sekolah Guru Bawah (SGB) B Takengon. Dalam Sadar, Moese dipercaya sebagai vokalis dengan suara tenor yang dimilikinya.

Pertama kali, tahun 1954, Moese mulai menciptakan lagu dengan judul garepodan melati. Tahun 1957, Moese kemudian menciptakan Tawar Sedenge (penawar dunia) yang pada akhirnya ditetapkan sebagai lagu wajib daerah ‘semacam lagu kebangsaan bagi orang Gayo’ pada masa bupati Drs. H. Mustafa M. Tamy, MM. Konsekuensinya, Tawar Sedenge kerap dinyanyikan setelah lagu Indonesia Raya dalam berbagai acara formal kedaerahan dan di luar Aceh. Terkai dengan mencipta dan menggubah lagu, Moese telah menciptakan lebih dari 60 lagu berbahasa Gayo dan bahasa Indonesia termasuk gubahan lagu-lagu Gayo dan Aceh. Biasanya lagu-lagu yang digubah Moese akan popular di kalangan penikmat dan pecinta musik di Aceh.

Tahun 1958, Moese bergabung dengan tim kesenian kabupaten Aceh Tengah dalam rangka Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) I di Kota Raja (sekarang Banda Aceh). Dalam PKA itu, tim PKA kabupaten Aceh Tengah tampil sebagai juara umum. Untuk bidang musik, Moese tampil sebagai tokoh utama ketika itu. Pada saat yang sama, Radio Republik Indonesia (RRI) Banda Aceh memutar lagu lagu Moese seperti tangke ni ate, garip dan renggali. Bahkan, dalam kesempatan lain, lagu garip tadi pernah dinyanyikan oleh Kus Hendratmo di alun-alun Yogyakarta. Pada tahun yang sama, Moese bersama tim tari punca utama mewakili Aceh dalam pementasan kesenian pada acara kongres pemuda pertama di Bandung, Oktober 1958. Tari punca utama merupakan perpaduan tiga tari sekaligus yaitu tari resam berume, top pade dan tarik pukat. Dalam hal ini, Moese bertugas sebagai penyanyi. Selanjutnya, Moese bersama penari punca utama melakukan pementasan di Istana Bogor di hadapan presiden Sukarno dan pemerintahannya saat itu. Saat itulah, presiden Sukarno mengapresiasi bakat, kemampuan dan kualitas vokal yang dimiliki oleh seniman besar Gayo ini.

Dalam hal pendidikan, Moese berhasil menamatkan sekolahnya di Sekolah Perikatan Darat Yogyakarta. Setelah itu, Moese sempat berkerja di Sukabumi, Takengon (Aceh Tengah) dan Aceh Singkil). Namun, pekerjaan tersebut ditinggalkannya karena kecintaannya terhadap musik. Untuk itu, Moese meneruskan studinya ke Akademi Musik Indonesia (AMI), di Yogyakarta. Di AMI, Moese dapat dengan mudah memahami not balok dan not angka. Cukup disayangkan Moese tidak dapat menyelesaikan studinya karena sakit. Alhasil, Moese pindah ke Jakarta, tahun 1970. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dia sempat menjadi supir omperangan. Disamping itu, Moese bergabung dengan orkes tetap segar dibawah pimpinan Jenderal Polisi Hugeng dengan Idris Sardi dan lain-lain. Dalam orkes tetap segar, Moese dipercaya memainkan biola. Orkes ini kerap ditayangkan di TVRI sebulan sekali dengan membawakan lagu-lagu Indonesia dan keroncong. Saat yang sama pula, Moese merupakan salah satu pemain biola dan aktif di Lembaga Kebudayaan Gayo Alas, di Jakarta.

Saat kembali ke Takengon, tahun 1973, Moese berhasil menyelesaikan SMA-nya di SMA Negeri 1 Takengon. Lamanya penyelesaian SMA ini dikarenakan Moese seringkali pindah dari satu daerah ke daerah lainnya di Indonesia. Di Takengon, Moese mulai mengajar musik di Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Kemudian, Moese melangsungkan pernikahan dengan Ani Fatma, sarjana pendidikan bahasa Indonesia Universitas Negeri Medan (UNIMED). Dari perkawinannya, Moese dikaruniai tiga anak yaitu Pia Ardiagarini, Muhammad Dirgantara dan Sagara Mahardika. Pada waktu itu, Moese tidak lagi mencipta lagu sebab harus fokus dan total untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Bersama istrinya Moese sempat berjualan minuman dan makanan ringan di Kebayakan, menitip kue buatan istrinya ke berbagai toko di Bale Atu, membantu istrinya menjalankan barang-barang kredit keperluan rumah tangga seperti rice cooker, blender, dan lain-lain sampai ke Pegasing, menanam tanaman muda di Belang Mersa dan berkebun kopi. Sampai-sampai Moese harus menjual biola kesayangannya karena desakan ekonomi pada masa tersebut. Biola ini merupakan hadiah dari gurunya di Akademi Musik Indonesia (AMI) Yogyakarta akibat kemampuan lebih Moese dalam memainkan biola. Sebagai tambahan, pada awal perkawinannya, Moese belum diangkat menjadi pegawai negeri sipil

Moese kemudian diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Tengah. Dari staf biasa, selanjutnya menjabat penilik dan terakhir sebagai kasi kebudayaan. Tahun 1981, Moese mendapat izin belajar dari pemerintah kabupaten Aceh Tengah untuk kuliah di IKIP Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta). Sambil kuliah dan menghidupi keluarganya di Jakarta, Moese mengajar private ensambel, gitar dan piano. Selain itu, Moese mengajar musik di SMP Negeri 88 Jakarta (staf honorer) khususnya untuk kegiatan-kegiatan ekstrakulikulier dan aktif di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Saat Moese menghadapi masalah financial, tak jarang, Moese pun dibantu oleh teman-temannya dan orang Gayo yang merantau di Jakarta; salah satunya adalah Wahab Rahmatsyah.

Setelah menyelesaikan studinya, Moese mendapat tawaran untuk meneruskan karirnya di Jakarta. Karena keterbatasan guru kesenian di Aceh dan panggilan jiwanya, Moese akhirnya kembali ke Takengon. Dapat dikatakan Moese merupakan sarjana musik pertama di Aceh. Moese kembali bertugas di dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan mengasuh Bina Musika di bawah binaan dinas ini. Bina Musika ini kerap menjuarai berbagai even kesenian di Aceh dan mewakili propinsi ini di tingkat nasional. Waktu itu, Moese juga mengetuai Dewan Kesenian Takengon (DEKATE). Di tingkat propinsi, Moese biasa menjadi tutor seni vokal dan musik se-Aceh. Lebih dari itu, Moese biasa melatih paduan suara ibu-ibu kantor wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Istimewa Aceh (NAD) sebelum mengikuti lomba di tingkat nasional (Zuska, 2008)

Alat Musik dan Tari Kesume Gayo
Tahun 1992, untuk pertama kali, bersama Seh Kilang, Moese berhasil menciptakan alat musik tradisional yaitu gerantung (kalung kerbau). Gerantung ini pernah dimainkan dalam pelaksanaan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) III di Banda Aceh dan di pentas seni lainnya. Selain gerantung, tahun 1992, Moese menciptakan jangka, yang terbuat dari peralatan pemotong tembakau. Seperti alat musik sebelumnya, jangka pernah diikutkan dalam lomba musik tradisional tingkat propinsi Daerah Istimewa Aceh, tahun 1993. Bahkan, dipentaskan dalam sebuah konser musik Gayo di Banda Aceh (1993), Taman Ismail Marzuki dan Taman Impina Jaya Ancol, Jakarta. Moese kembali menciptakan alat musik yang lain; perajah, tahun 1992. Perajah dibuat dari perahu bekas yang tidak terpakai lagi oleh nelayan yang ada di seputar Danau Laut Tawar. Alat musik ini ditampilkan di Taman Ismail Marzuki, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta dan dalam acara Gatra Kencana TVRI, yang saat itu (1995) meraih juara II. Melalui ciptannya, Moese ingin menunjukan ciri khas musik Gayo. Dengan demikian, ketika orang mendengar alat musik ini, orang dapat mengetahui bahwa ketiga alat musik milik orang Gayo, tanoh Gayo, Nanggroe Aceh Darussalam.

Di bagian lain, Moese mulai menotasikan lirik-lirik didong, salah satu bentuk sastra lisan dan kesenian tradisional Gayo. Akibatnya, orang-orang di luar komunitas Gayo dapat menikmati kesenian ini dengan mudah. Dalam hal panduan suara, mealui lagunya yang berjudul renem jejem, Moese berhasil membawa grup paduan suara Daerah Istimewa Aceh masuk lima besar dalam Lomba Paduan Suara Tingkat Nasional di Jakarta. Tak hanya itu, tim paduan suara yang diasuh Moese mendapat juara III di propinsi (2003). Tahun 2004, Tim Paduan Suara SD dari Takengon, Aceh meraih peringkat IX se-Indonesia. Setahun berikutnya (2005), tim paduan suara dari Takengon, NAD menduduki peringkat XIII dari seluruh propinsi yang ada di Indonesia.

Tahun 2005, melalui Sanggar Pendopo Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, Moese membawa Indonesia dalam pementasan Tim Kesenian Anak-Anak Gayo dalam rangka Peringatan Hari Anak se-Dunia yang diadakan di Scope Je, Macedonia (Eropa Timur). Cukup disayangkan, Moese tidak bisa berangkat ke Macedonia karena Moese sakit yang dideritanya memburuk. Lebih dari itu, Moese berhasil menciptakan tarian baru yang dikenal dengan tari Kesume Gayo. Tarian ini bercerita tentang senda gurau beru bujang, anak muda di tanoh Gayo, Aceh. Pertama kali, tari ini ditampilkan melalui Sanggar Griya Patria yang diasuhnya saat Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) III berlangsung di Banda. Setelah pensiun, Moese tetap melanjutkan kegiatannya dalam dunia musik di tanoh Gayo dan Aceh. Di rumahnya, Belang Mersa, Moese mendirikan kursus musik yang beri namaZola Music Course, tahun 2001. Kegiatan rutin yang diadakan kursus ini sampai sekarang, antara lain; pelatihan tenaga kesenian, pelatihan solfegio for a children, kursus instrumen (gitar, biola, piano dan recorder), pelatihan dasar musik untuk tingkat SD dan SMP, pelatihan group paduan suara tingkat SD, konser musik serta pelatihan atau pembinaan pentas seni pelajar. Pada tanggal 12 Agustus 2007 yang lalu, pemerintah propinsi Aceh memberikan penghargaan kepada Moese untuk kategori musik dalam rangka memperingkati Hari Kesenian Aceh.

Menghadap Ilahi

Setelah lama menderita lever dan sempat berobat ke Medan serta menjalani perawatan di Rumah Sakit Datu Beru Takengon, tanggal 27 Agustus 2007 Moese menghadap sang pencipta, Allah SWT tepatnya pada jam 02.10 WIB di rumahnya Belang Mersa, Takengon. Setelah disholatkan di Masjid Ruhama Takengon, Moese dimakamkan di pemakaman umum di kampung Dedalu, kecamatan Lut Tawar, Takengon, Provinsi Aceh. Setahun lebih, Moese pergi dengan meninggalkan karya-karya yang tak ternilai bagi Aceh. Melalui kerja keras, totalitas, karya, dedikasi dan konsistensinya, Moese telah membuktikan dan berhasil mengangkat marwah dan martabat kesenian Gayo dan Aceh di negeri ini.



* Penulis buku biografi A. R. Moese “A.R. Moese; Perjalanan Hidup, Karya dan Dedikasi”



Sumber: Majalah Horison Online (http://horisononline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=162%3Aar- moese-musisi-gayo-aceh-&catid=5:sastra-daerah&Itemid=6)



Read more »

Ujung Baro

Download Mp3 Lagu Gayo Album Saba I | Ujung Baro


Download Now
Read more »

Semayang ni Ama

Download Mp3 Lagu Gayo album Saba I | Semayang Ni Ama


Download Mp3 Now
Read more »

Ranto

Download Mp3 Lagu Gayo album Saba | Ranto


Download Mp3 Now
Read more »

Pacu Kude

Download Mp3 Lagu Gayo album Saba I | Pacu Kude


Download Now
Read more »

Linge

Download Mp3 Lagu Gayo album Saba I | Linge


Download Now
Read more »

Langkah

Download Mp3 Lagu Gayo Saba | Langkah


Download Now
Read more »

Kerodek

Download mp3 lagu Saba I Kerodek

Download Now
Read more »

Saba I

Read more »

 
Powered by Blogger